Langsung ke konten utama

Masyarakat Kepulauan Togean Dianggap Berasal dari Keturunan Dewa

Desa Benteng, Kec. Togean

Kepulauan Togean yang terkenal dengan keindahan alamnya ternyata menyimpan kisah mitologis yang menarik perhatian. Sebuah legenda yang diwariskan secara turun-temurun menyebutkan bahwa masyarakat Togean adalah keturunan langsung dari makhluk supranatural yang dianggap sebagai dewa.

Dikutip dari buku Togean dalam Sejarah, kurang lebih dari 400 tahun yang lalu sebelum ada atau berdirinya kerajaan di Kepulauan Togean, dataran tinggi gunung Benteng yang disebut Dolominon sudah ada didiami oleh manusia sekitar abad 2 s/d 12 M.

Menurut bahasa kayori dalam primbon dari masyarakat adat Togean, bahwa manusia pertama merupakan cikal bakal yang mendiami Kepulauan Togean adalah yang berasal dari tetesan Dewata yang turun dari kayangan melalui titian pelangi turun kebumi dikepulauan Togean diatas dataran tinggi gunung Benteng tepatnya “Dolominon”, dan demikian menjelma menjadi manusia.

Dan kemudian mereka menamakan dirinya masing-masing:
1. Datu Yangi / Dewa Langit (Laki-laki) 
2. Datu Roawa / Dewa Matahari (Laki-laki) 
3. Datu Lingaut / Dewa Embun (Laki-laki) 
4. Datu Ntana / Dewa Tanah (Laki-laki) 
5. Datu Mbuya / Dewa Bulan (Perempuan) 
6. Datu Raeyo / Dewa Angkasa (Perempuan) 
7. Datu Ntundengi / Dewa Laut (Perempuan).

Setelah mereka berdiam dan berproses secara alami dari waktu ke waktu, dalam mengarungi hidup untuk pengembangan keturunan regenerasi diantara mereka, ada salah seorang diantara mereka diangkat sebagai pemimpin yaitu Datu Yangi. Inilah awal pertama pimpinan disebut Pengkulu. Seorang pemimpin yang bijaksana, adil dan berwibawa serta berkeadilan.

Datu Yangi sebagai pemimpin mereka, kemudian mengadakan resepsi acara pernikahan ketiga pasangan suami istri:
1. Datu Raowa dan Datu Raeyo 
2. Datu Lingaut dan Datu Mbuya
3. Datu Ntana dan Datu Ntundengi.

Kurang dari 142 tahun waktu pertumbuhan manusia yang merupakan masyarakat adat/lokal didataran Gunung Benteng hidup dalam kearifan, suasana aman, tenteram dan demokratis. Adapun versi lain menjelaskan leluhur orang Togean berasal dari pasangan Lologani dan Nurul Gamar atau yang dikenal dengan Sri Manurung.

Kisah tentang masyarakat Kepulauan Togean yang dianggap sebagai keturunan dewa menjadi bukti bahwa di balik pesona alamnya, pulau-pulau ini menyimpan kedalaman tradisi dan spiritualitas yang luar biasa. Bagaimanapun, mitologi ini bukan sekadar cerita, melainkan nyawa bagi identitas masyarakat Togean.

Penulis:
Abdul Rahis Hisan

Referensi:
Buku "Sang Penutur" karya Fadlan Harun

Support By:
Togean Project
Official Account:
Facebook: Togean Project
YouTube: Togean Project
Instagram: @togean_project
TikTok: togean_project
Blog: togeanproject.blogspot.com
Email: togeanproject@gmail.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dian Ramadhani. H Raih Dua Medali Emas dalam Olimpiade Sains Nasional Awal Tahun (OSN-AT) 2025

Togean Project - Prestasi gemilang kembali ditorehkan oleh Dian Ramadhani. H, mahasiswa Program Studi Biologi Universitas Negeri Gorontalo. Dalam ajang bergengsi Olimpiade Sains Nasional Awal Tahun (OSN-AT) jenjang mahasiswa yang diselenggarakan oleh Festival Olimpiade Sains Nasional (FOSNAS) pada Minggu, 5 Januari 2025, Dian sukses meraih dua medali emas sekaligus. Ajang ini diikuti oleh 10.433 peserta dari seluruh penjuru Indonesia, menjadikannya salah satu kompetisi sains terbesar di awal tahun ini.  Dian mengikuti jenjang mahasiswa dengan bidang Biologi dan Bahasa Indonesia serta berhasil membuktikan keunggulannya dengan menyelesaikan serangkaian soal online yang dirancang untuk menguji kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan pemahaman mendalam dalam bidang Sains. Ia mengaku keberhasilannya tidak lepas dari persiapan matang dan dukungan penuh dari keluarga serta dosen pembimbing.  Ajang OSNAT yang diadakan secara daring ini menjadi momentum penting bagi ribuan pelajar ...

Administrasi Kabupaten Tojo Una-Una: Pilar Utama Pengelolaan Daerah

Togean Project - Kabupaten Tojo Una-Una, yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah, memiliki daya tarik tak hanya dari keindahan alamnya, tetapi juga dari struktur administrasinya yang menjadi fondasi pengelolaan daerah. Dengan luas wilayah mencapai 5.721 km², administrasi Tojo Una-Una terbagi ke dalam 12 kecamatan dan 146 desa/kelurahan, sebuah skema yang dirancang untuk mendekatkan pelayanan publik ke masyarakat. Sistem administrasi di kabupaten ini berlandaskan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang pembentukan Tojo Una-Una sebagai kabupaten baru. Dengan ibu kota Ampana, Tojo Una-Una mengedepankan pelayanan yang transparan dan akuntabel untuk mendukung pembangunan daerah. Struktur pemerintahan daerah ini melibatkan bupati sebagai pemimpin eksekutif, yang dibantu oleh dinas-dinas teknis dalam menjalankan program-program prioritas. Salah satu kekuatan administrasi Tojo Una-Una adalah fokus pada sektor maritim dan pariwisata. Berbagai kebijakan berbasis ekowisata dan pelestarian la...